Indragiri Hulu|tran7riau.com – Di sebuah ruangan yang luas dan megah, Kepala Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIb Rengat, Julius Barus, SE., MH., berdiri tegap di hadapan staf dan pejabat lainnya. Ruangan dipenuhi dengan keheningan yang berat, seakan semua orang di sana memahami betapa pentingnya momen ini. Pada hari Selasa, 3 September 2024 adalah hari yang penuh makna bagi seluruh Rutan Kelas IIb Rengat.
Julius Barus telah memimpin Rutan ini dengan penuh dedikasi selama satu tahun sepuluh bulan. Ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang tegas namun penuh kasih. Setiap langkah yang diambilnya selalu memperhatikan kepentingan orang banyak, baik bagi para tahanan, staf, maupun masyarakat sekitar. Di bawah kepemimpinannya, Rutan Kelas IIb Rengat mengalami banyak perubahan positif, dari peningkatan fasilitas hingga program pembinaan yang lebih manusiawi.
Namun, hari ini adalah hari yang berat bagi Julius. Ia harus melepaskan jabatan yang telah menjadi bagian dari hidupnya, dan menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada penerusnya, Ridar Firdaus Ginting, A.Md.IP., SH. Ridar, seorang pemimpin muda dengan semangat yang menyala, dipilih untuk melanjutkan tugas yang telah dirintis Julius.
Acara serah terima jabatan dimulai dengan sambutan singkat dari Julius. Dengan suara yang sedikit bergetar, ia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukungnya selama ini.
“Selama saya bertugas di sini, saya belajar bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang membuat keputusan, tetapi juga tentang merangkul semua orang di sekitar kita, bekerja sama untuk tujuan yang lebih besar,” kata Julius dengan mata yang berkaca-kaca.
Ridar Firdaus Ginting yang duduk mendampingi Kepala Divisi Administrasi Johan manurung, Kepala divisi pemasyarakatan Ricky dwi biantoro dan Kepala divisi pelayan hukum dan ham
Edison manik beserta forkopimda kabupaten indragiri hulu mendengarkan dengan penuh hormat. Ia tahu bahwa tanggung jawab yang diembannya sangat besar, namun ia juga merasa terhormat bisa meneruskan jejak langkah Julius.
Saat tiba waktunya untuk menyerahkan tongkat estafet, Julius dengan perlahan melepas tanda jabatannya dan menyerahkannya kepada Ridar. Momen itu terasa sangat emosional. Julius, yang dikenal sebagai sosok yang tegar, tak mampu menahan air matanya. Tangis haru pecah, bukan hanya dari Julius, tetapi juga dari staf yang telah lama bekerja bersamanya.
Ridar menerima tanda jabatan itu dengan penuh rasa tanggung jawab. Ia tahu bahwa tugasnya tidak akan mudah, namun dengan dukungan dari seluruh tim, ia yakin bisa melanjutkan dan bahkan meningkatkan apa yang telah dicapai oleh Julius.
“Pak Julius, terima kasih atas semua yang telah Bapak lakukan untuk Rutan ini. Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menjaga dan mengembangkan warisan yang Bapak tinggalkan,” ujar Ridar dengan suara yang penuh keyakinan.
Di akhir acara, Julius Barus memeluk Ridar dengan erat. “Teruskan perjuangan ini, Ridar. Saya percaya padamu,” bisik Julius sebelum akhirnya melepaskan pelukan itu.
Tepuk tangan riuh memenuhi ruangan, mengiringi Ridar Firdaus Ginting yang kini resmi menjabat sebagai Kepala Rutan Kelas IIb Rengat. Julius Barus melangkah keluar ruangan dengan perasaan campur aduk, namun ia tahu bahwa Rutan ini berada di tangan yang tepat.
Hari ini, di Rutan Kelas IIb Rengat, sebuah babak baru dimulai. Sebuah kisah baru yang akan ditulis dengan tinta semangat, dedikasi, dan cinta untuk sesama manusia.
Dalam kesempatan itu, Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan, Wan Rezwanda, berdiri di hadapan hadirin dengan perasaan yang sulit diungkapkan. Matanya mulai berkaca-kaca, suaranya terdengar sedikit serak saat ia mulai berbicara.
“Selama bertahun-tahun, saya telah melihat banyak hal di Rutan ini, tetapi yang paling berkesan bagi saya adalah kepemimpinan Pak Julius,” kata Wan Rezwanda, menahan emosi yang semakin membuncah. “Beliau tidak hanya seorang pemimpin, tapi juga mentor dan sahabat bagi kami semua. Di bawah kepemimpinannya, saya belajar tentang arti sebenarnya dari pengabdian dan tanggung jawab.”
Wan Rezwanda berhenti sejenak, mencoba menenangkan dirinya, namun air matanya tetap jatuh, membasahi pipinya. “Kami semua di sini merasa sangat kehilangan, Pak. Namun, kami juga tahu bahwa apa yang Bapak tinggalkan akan menjadi pondasi yang kuat bagi Rutan ini. Kami akan terus menjaga dan meneruskan semua yang telah Bapak mulai.”
Ia menutup sambutannya dengan suara yang penuh haru, “Terima kasih, Pak Julius, untuk semua yang telah Bapak berikan. Kami tidak akan pernah melupakan Bapak. Dan kepada Pak Ridar, kami siap mendukung Bapak untuk melanjutkan perjuangan ini. Semoga Tuhan memberkati langkah-langkah kita semua.”
Tepuk tangan lembut mengiringi Wan Rezwanda yang kembali ke tempat duduknya, dengan air mata yang masih mengalir, menandakan betapa dalamnya pengaruh Julius Barus bagi mereka semua. (Redaksi)