PERANAP-INHU | Tran7riau.com
Ada tiga dimensi keimanan dalam Islam yakni membenarkan dengan kalbu, mengucapkan dengan lisan, dan membuktikannya dengan perbuatan jasad.
Oleh karena itu, seorang yang beriman setiap hari mengakui bahwa kenikmatan bersumber dari Allah Swt. Bukan hanya itu, tapi juga menyadari bahwa kenikmatan bisa datang kepada siapa pun,” ujar Tuan Ramadan Ali dalam mengawali materi kajian rutin Senin pagi (04/08/2023).
Tuan Ramadan Ali / Damanik menyampaikan melalui Canel Tran7riau.com dalam Bahasanya “Racun hati yakni pembicaraan yang berlebih.
Lisan orang yang beriman, di belakang kalbunya. Artinya kalau dihadapkan dengan suatu ucapan, maka dibentengi dahulu oleh kalbu. Jika ingin berbicara, kalbunya melakukan perenungan terlebih dahulu.
Berbeda dengan orang munafik, lisannya di depan kalbu dan cenderung pembicaraannya tidak terkontrol. Jangan sampai hati bebal atau kehilangan rasa sensitif.”
Rasul bersabda, seorang muslim yang sejati adalah manakala orang-orang muslim lainnya merasa aman dari lisan dan tangannya. Ada juga hadis populer yang berbunyi, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah dia berkata baik atau diam saja. Ungkapan hadis tersebut pendek tapi kalau dipahami, maknanya luas.
Cobaan yang paling besar di dunia yaitu lisan dan kemaluannya. Jika dua keburukan itu diselamatkan Allah, maka selamat semua bentuk keburukan. Oleh karena itu, senantiasa menjaga lisan. Seharusnya saat berkomunikasi secara nonverbal, harus merenungkan betul yang diucapkan sebelum bertutur. Indeks peradaban tergantung cara menghormati orang bersosial media.
“Ucapan yang tidak diperlukan bisa merusak kejernihan hati. Perlakukanlah kedua telingamu dengan adil daripada kedua mulutmu. Artinya, engkau mendengar lebih banyak daripada berbicara. Allah mengajarkan lebih banyak mendengar, daripada berbicara,” tutupnya (A.R)
Tran7riau.com A.Rustandi