Putra Inhil Menimba” Banyak Ilmu Baru Setelah Ikut Pelatihan Kelapa Di Srilangka

INHIL | Tran7riau.com

Burhanuddin Rafik merupakan petani kelapa yang ikut pelatihan kelapa internasional yang diselenggarakan ICC (international Coconut Community) di Lembaga Penelitian Kelapa, Srilanka. Meskipun Burhan merupakan petani kelapa kawakan, yang sejak dari kecil hidup dan mengusahakan kelapa di Indragiri Hilir, Riau tetapi tetap merasakan bahwa ilmu yang didapat dari pelatihan itu merupakan ilmu yang baru.

“Selama ini saya berbudidaya kelapa dengan ilmu turun temurun yang diwariskan orang tua. Saya tidak pernah mendapat penyuluhan bagaimana budidaya kelapa yang benar dari lembaga dan pakar kelapa Indonesia. Setelah mendapat pelatihan di Srilanka banyak ilmu baru yang bisa diterapkan di kebun kelapa saya,” katanya.

Pelatihan yang diberikan selama 2 minggu ini sangat komplit mulai dari melalukan pemuliaan, membuat benih, menanam, budidaya, tumpang sari, manajemen pupuk, pengendalian hama penyakit dengan metode pengendalian hama terpadu, konservasi air, irigasi kelapa di lahan kering, panen dan mengolah kelapa.

Ternyata membuat kelapa hibrida itu mudah. Burhan diajar menyilangkan dengan tangan dan membuat benih kelapa hibrida sendiri.

Srilanka sedang krisis devisa sehingga tidak mampu mengimpor pupuk. Kondisi ini disiati dengan membuat kompos. Ada juga pelatihan mengatasi kebun rusak yang kekurangan nutrisi, yaitu ganti tanah, tambah sabut gunakan pupuk murah yaitu dicampur dengan larutan kapur sirih sudah bisa mengatasi penyakit daun dan kebun kelapa kembali produk

Kekurangan pupuk diatasi dengan membuat kompos dari sabut kelapa. Proses pembuatanya dan aplikasinya diajarkan sangat praktis, mudah dan aplikatif. Sabut juga digunakan untuk konservasi air. Sabut ditimbun di dalam tanah dicampur pupuk kandang dan kompos kemudian ditimbun. Dengan cara ini maka air selalu tersedia bagi tanaman kelapa.

Lembaga penelitian kelapa Srilanka cenderung mengembalikan sabut kembali ke kebun sebagai pupuk organik dan bukan dijadikan produk seperti coco peat, coco fiber, meskipun ada petani di Srilanka yang membuatnya. Sabut dibakar jadi biocar untuk pupuk.

Diajarkan juga pertanian kelapa organik. Ini sangat penting sebab permintaan dunia untuk produk pertanian organik semakin meningkat termasuk kelapa. Di Srilanka kelapa organik ini sudah berkembang pesat dan dilakukan petani sendiri. Produk olahan kelapa organik mereka sudah menembus pasar Eropa, Australia dan Jepang.

Sedang pengolahan diajari bagaimana mempersiapkan tandan yang akan disadap selama 6-8 hari kemudian bisa disadap terus menerus selama 45 hari. Hasilnya dibuat gula merah. Juga belajar membuat VCO dengan cara fermentasi secara cepat, dalam waktu 8-9 jam.Penting bagi petani punya kemampuan mengolah kelapa karena ketika harga kelapa segar turun petani bisa mengolahnya.

Dari 9 peserta, Burhan satu-satunya petani yang ikut pelatihan. Peserta lain dari PNG merupakan pegawai otoritas kelapa, Kenya pegawai kementerian yang membawahi tanaman penghasil minyak, India dari otoritas kelapa, Dominika pegawai lembaga riset, Kaledonia Baru dari start up yang membantu memasarkan produk petani.

Setelah mengikuti pelatihan saran Burhanuddin kepada pemerintah supaya diseminasi hasil penelitian dan teknologi dari lembaga penelitian di Indonesia sering-sering disampaikan pada petani sehingga pengetahuan petani tentang budidaya kelapa juga pengolahanya bertambah. Beri ilmu praktis yang bisa diaplikasikan langsung oleh petani.(Mhd)

Kabiro Tran7riau.com Inhil  Muhammad

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *